Senin, 11 Juni 2012

Bersabar


Bismillahirahmanirrahim.
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah , alhamdulillahirobbil ‘alamin , wassalatuwassala mu ‘ala nabiyyina Muhammadiwwa ‘ala alihi wasahbihi aj’main , amma ba’du .
            Yang saya hormati para dewan juri serta para hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT . Yang mana telah melimpahkan rahmat, nikmat , taufik , dan hidayah-Nya lah sehingga kita bisa dapat berkumpul di tempat yang mubarokah ini .
Shalawat serta salam tak lupa kita harturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW , yang telah membawa kita dari zaman zahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini .
            Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan tentang “ BERSABAR “
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Sepanjang kehidupan kita, ujian & cobaan datang silih berganti karena makna kehidupan itu sendiri adalah bagaimana cara menghadapinya. Ujian & cobaan kehidupan adalah tantangan yang akan memilah mana orang yang tahan uji dan mana orang yang lemah, Mana orang yang beriman dan mana orang tidak beriman. Bagi seorang mukmin kehidupan akan selalu mendatangkan keberuntungan karena ia bersyukur ketika memperoleh nikmat dan bersabar ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang tidak beriman selalu tidak beruntung, ketika memperoleh nikmat ia lupa diri dan ketika menghadapi kesulitan berat ia lupa ingatan. Sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Islam mengajarkan bersabar itu indah.
Pertama, tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Rasulullah pernah bersabda, Innamassabru indassad matil uulaa. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.
Kedua, ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah, ‘(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata, ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.’ (al Baqarah: 156).
Ketiga, tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
Keempat, sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy, ‘HambaKu yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali (mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga.’ (HR. Bukhari)

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
            Kesabaran Itu Tidak Ada Batasnya
Sebagian orang menyangka kesabaran memiliki batas. Maka jika dianggap sudah melewati batas, ia diperbolehkan untuk bertindak diluar aturan. Anggapan seperti ini tidaklah benar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10). Allah telah menyiapkan pahala bagi mereka yang sabar dengan pahala yang tak terhitung. Hal ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang bersabar.
Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam tafsirnya :”Maka Allah menjanjikan bagi orang-orang yang bersabar dengan pahala yang tak terhitung, yaitu pahala yang tidak terbatas dan tidak terukur. Hal tersebut tidak dapat terjadi kecuali karena keutamaan dan kedudukan sabar di sisi Allah”. Jika Allah telah menyiapkan pahala yang begitu besar bagi orang yang bersabar, maka mengapa kesabaran harus kita batasi?. Selain itu, kita juga yakin bahwa seluruh permasalahan yang datang, tidak mungkin melebihi kemampuan yang dimiliki seorang hamba. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh 286).
Oleh karena itu segala permasalahan yang kita alami, niscaya dapat kita selesaikan dengan kesabaran, izin serta kekuatan dari Allah ta’ala. Kita beriman bahwa Allah adalah Dzat yang maha kuasa yang memiliki hikmah yang sempurna dalam seluruh ketetapan yang diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan keyakinan seperti ini maka sudah sepatutnya kita bersabar dengan segala ketetapan yang terjadi pada kita, dan ingat hal tersebut merupakan ujian bagi kita. Jika kita mampu bersabar maka Allah akan menaikan derajat kita di sisi-Nya.
Ujian yang kita alami jika dibandingkan dengan para nabi dan rasul maka masih jauh lebih ringan. Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi. Dan manusia diuji sesuai dengan kadar kondisi agamanya. Sebagaimana riwayat dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi, shahih). Oleh karena itu ketika kita diberikan ujian, maka ingat masih ada orang yang lebih berat dari ujian yang kita alami, sehingga dapat membantu kita untuk bersabar.
            Mungkin hanya ini saja yang dapat saya sampaikan , kurang lebihnya mohon maaf ,
Kesempurna’an hanya milik Allah , dan kekurangan dari diri saya sendiri.
Saya akhiri ,  Nun walkalami wama yasturun , Wassalamu’alaikum wr. Wb.