Bismillahirahmanirrahim.
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah ,
alhamdulillahirobbil ‘alamin , wassalatuwassala mu ‘ala nabiyyina Muhammadiwwa
‘ala alihi wasahbihi aj’main , amma ba’du .
Yang saya hormati para dewan juri serta para hadirin yang
berbahagia.
Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT . Yang mana telah melimpahkan
rahmat, nikmat , taufik , dan hidayah-Nya lah sehingga kita bisa dapat
berkumpul di tempat yang mubarokah ini .
Shalawat serta salam
tak lupa kita harturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW , yang
telah membawa kita dari zaman zahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini
.
Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan tentang “
BERSABAR “
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah
Sepanjang kehidupan kita, ujian
& cobaan datang silih berganti karena makna kehidupan itu sendiri adalah
bagaimana cara menghadapinya. Ujian & cobaan kehidupan adalah tantangan
yang akan memilah mana orang yang tahan uji dan mana orang yang lemah, Mana
orang yang beriman dan mana orang tidak beriman. Bagi seorang mukmin kehidupan
akan selalu mendatangkan keberuntungan karena ia bersyukur ketika memperoleh
nikmat dan bersabar ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang tidak beriman
selalu tidak beruntung, ketika memperoleh nikmat ia lupa diri dan ketika
menghadapi kesulitan berat ia lupa ingatan. Sabar ialah tabah hati tanpa
mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu,
dalam rangka mencapai tujuan. Islam mengajarkan bersabar itu indah.
Pertama, tahan ketika menghadapi
hantaman pertama. Rasulullah pernah bersabda, Innamassabru indassad matil
uulaa. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman
pertama.
Kedua, ketika ditimpa musibah,
segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah, ‘(Orang-orang yang
sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata, ‘sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.’ (al Baqarah:
156).
Ketiga, tidak menampakkan musibahnya
kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu
Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
Keempat, sabar menghadapi semua
cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy, ‘HambaKu
yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil
kembali (mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga.’
(HR. Bukhari)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Kesabaran
Itu Tidak Ada Batasnya
Sebagian orang menyangka kesabaran memiliki
batas. Maka jika dianggap sudah melewati batas, ia diperbolehkan untuk
bertindak diluar aturan. Anggapan seperti ini tidaklah benar. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10). Allah telah menyiapkan pahala bagi mereka yang sabar dengan
pahala yang tak terhitung. Hal ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang
bersabar.
Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam tafsirnya :”Maka
Allah menjanjikan bagi orang-orang yang bersabar dengan pahala yang tak
terhitung, yaitu pahala yang tidak terbatas dan tidak terukur. Hal tersebut
tidak dapat terjadi kecuali karena keutamaan dan kedudukan sabar di sisi
Allah”. Jika Allah telah menyiapkan pahala yang begitu besar bagi orang yang
bersabar, maka mengapa kesabaran harus kita batasi?. Selain itu, kita juga
yakin bahwa seluruh permasalahan yang datang, tidak mungkin melebihi kemampuan
yang dimiliki seorang hamba. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh 286).
Oleh karena itu segala permasalahan yang kita
alami, niscaya dapat kita selesaikan dengan kesabaran, izin serta kekuatan dari
Allah ta’ala. Kita beriman bahwa Allah adalah Dzat
yang maha kuasa yang memiliki hikmah yang sempurna dalam seluruh ketetapan yang
diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan keyakinan seperti ini maka sudah
sepatutnya kita bersabar dengan segala ketetapan yang terjadi pada kita, dan
ingat hal tersebut merupakan ujian bagi kita. Jika kita mampu bersabar maka
Allah akan menaikan derajat kita di sisi-Nya.
Ujian yang kita alami jika dibandingkan dengan
para nabi dan rasul maka masih jauh lebih ringan. Manusia yang paling berat
ujiannya adalah para nabi. Dan manusia diuji sesuai dengan kadar kondisi
agamanya. Sebagaimana riwayat dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari
ayahnya, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Para
Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai
dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin
berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan
kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia
berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR.
Tirmidzi, shahih). Oleh karena itu ketika kita diberikan ujian, maka ingat
masih ada orang yang lebih berat dari ujian yang kita alami, sehingga dapat
membantu kita untuk bersabar.
Mungkin
hanya ini saja yang dapat saya sampaikan , kurang lebihnya mohon maaf ,
Kesempurna’an hanya milik Allah
, dan kekurangan dari diri saya sendiri.
Saya akhiri , Nun walkalami wama yasturun , Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Saya akhiri , Nun walkalami wama yasturun , Wassalamu’alaikum wr. Wb.